Rabu, 28 Mei 2014

Filosofi Pohon Natal

25 Desember, tentunya semua sudah tau kan ini hari apa? Nah Selalu ada persiapan persiapan menarik nih kalau mendekati bulan-bulan Desember. Kartu ucapan natal, kado-kado natal, juga hiasan-hiasan untuk menghias gereja atupun di rumah. Sepertinya merupakan suatu kewajiban jika memasuki bukan Desember pohon natal terpajang indah di sudut ruangan. Bentuk pohon natal menyerupai pohon cemara bukan? Mengapa seperti itu? 

Memasang pohon natal memang bukan suatu keharusan. Lantas adakah hubungan pohon cemara dengan Hari Natal atau hari kelahiran Yesus? Tidak ada sama sekali. Dan menurut saya juga tidak identik sama sekali. Pohon cemara bukan mengidentikan dengan kelahiran Yesus, tetapi mengidentikan dengan perayaan musim, perayaan keluarga. Dan dalam aturan gerejapun, tidak ada keharusan untuk memasang pohon natal baik di gereja ataupun di rumah. Pohon natal hanya merupakan simbol. Simbol kekuatan iman kita agar kuat seperti pohon cemara saat ditimpa salju kehidupan yang kerap merontokkan iman kita.  Pohon Natal (Pohon Cemara) ini juga melambangkan "hidup kekal" (=evergreen) di dalam Tuhan, dan agar kita pun dapat menjadi saksi yang indah bagi orang lain.



Sebenarnya awal mula dignakannya pohon cemara sebagai pohon natal berawal dari kebudayaan di Eropa. Saat Natal tiba, di Eropa mengalami musim dingin, pohon-pohon menjadi kering. Daun-daun berguguran. Namun di musim dingin itu pohon cemara tetap hijau (evergreen) walau ditimpa salju. Posisinya tetap kokoh walaupun kerap dihembus angin. Semua itu karena akar-akar cemara selalu bergerak jauh ke dalam di mana sumber air berada, untuk tetap memproduksi semua bahan yang dibutuhkan untuk tetap hidup dan berenergi. Mungkin salah satunya juga memproduksi lapisan lilin di daun-daunnya sebagai pelindung cuaca yang dingin. Dan akar-akarnya yang kokoh itupun kuat erat mencengkeram tanah sekitarnya. Sehingga walaupun angin kencang menggoyang ranting-rantingnya, Cemara itu tetap kuat kokoh dan tumbuh terus ke atas.

Mengapa pohon natal dihias secara gemerlap? Ini sebetulnya mengadaptasi kisah Martin Luther yang terkesan menyaksikan keindahan bintang-bintang di langit yang gemerlap sinarnya menembus dahan-dahan pohon, saat dia berjalan di hutan cemara. Dia kemudian menebang sebatang pohon cemara dan membawanya pulang kerumah. Dan untuk membuat efek gemerlapan, dia memasang lilin - lilin di tiap cabangnya. Maka dari sana lahirlah tradisi yang menjadi awal budaya menghias pohon natal ditiap perayaan natal. Bersama keluarga dan orang-orang tercinta menghias pohon natal yang menjadikannya indah dan gemerlap, begitu juga hati kita yang indah untuk menyambut kelahitan sang Juru Selamat. 



Referensi
http://ratihkd.blogspot.com/2009/01/filsafat-hidup-pohon-cemara.html
http://filsafat.kompasiana.com/2011/12/12/makna-pohon-natal-dalam-perayaan-natal-421306.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar